MSP Online Kuliah ONline

Ruang Sederhana bagi Gathering & Sharing Informasi dan Materi Referensi Ilmiah Populer

Sabtu, 04 Februari 2012

PEMANTAUAN AIR LAUT dan DANAU di INDONESIA

Permasalahan sumber daya air saat ini sudah menjadi suatu permasalahan yang sangat penting di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, Bali, dan kepulauan Nusa Tenggara. Kebutuhan sumber daya air yang terus meningkat tidak dapat diimbangi oleh siklus air yang relative tetap. Dan permasalahan tidak hanya kuantitas atau jumlah air tetapi juga kualitasnya. Untuk mengetahui kualitas suatu sumber air perlu dilakukan pengujian terhadap airnya.

Atas dasar tersebut maka Pusarpedal melakukan pemantauan kualitas air laut dan danau dengan tujuan untuk  mengetahui tingkat pencemaran  pelabuhan laut dan danau di beberapa wilayah  di Indonesia dan mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan kualitas air serta menyediakan data yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan pengelolaan danau dan laut.
Pengambilan contoh uji air laut dan danau di lakukan Mei sampai September 2008  di Pelabuhan Tanjung Priuk ( Jakarta  ) , Pelabuhan Merak ( Banten ) , Pelabuhan – pelabuhan di Batam   dan  Teluk Tomini  ( Gorontalo ). Sedangkan air danau di lakukan di Danau Batur ( Bali ), Danau Limboto dan Danau Tempe ( Makasar ),serta  Danau Tondano ( Menado ).
Contoh uji (air laut dan danau) diambil pada kedalaman 0,5  meter di bawah permukaan air dan dianalisis menggunakan  metode dari JIS tahun 2002, Standard Method edisi 21 tahun 2005, SNI tahun 2004 dan SPR IDA.
Umumnya di semua lokasi pemantauan  pelabuhan , fenol melebihi baku mutu air laut untuk perairan pelabuhan Kep Men 51 tahun 2004 yang mensyaratkan kadar fenol tidak melebihi   0.002 mg/L. Kadar tertinggi adalah di Pelabuhan Penumpang Telaga Punggur , Batam sebesar 0,080 mg/L. kemudian berturut – turut di Laut lepas (dekat Telaga Punggur) Pelabuhan fery laut Batam center, Pelabuhan Batu Ampar ( peti kemas Internasional )  dan Harbour Bay Internasional seluruhnya dengan kadar fenol sebesar 0,070 mg/L , sedangkan di pelabuhan industri CPO kabil terdeteksi fenol sebesar 0,060 mg/L. Sedangkan kadar fenol di Pelabuhan Banten dekat industri Indah Kiat  lebih rendah dari 0.002 mg/L.
Selain fenol, ada beberapa parameter lain yang juga melebihi KMA di daerah pelabuhan, yaitu minyak lemak ,merkuri ( Hg ) dan  Amoniak . Kadar amoniak di Pelabuhan Tanjung Priuk  terdeteksi dengan  kadar 0,578 mg/L di sekitar industri bimoli, 1,11 mg/L di sekitar peti kemas dan 1,85 mg/L di pemecah gelombang, kemudian di Teluk Tomini, dengan kadar 0,51 mg/L di daerah domestik Leato Selatan 0,62 mg/L di kolam pelabuhan , 0,49 mg/L di dekat Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA), 0,54 mg/L di daerah wisata , 0,55 mg/L di pelabuhan peti kemas dan 0,6 mg/L di kilang minyak pertamina. Selanjutnya adalah di Pelabuhan Batam dengan kadar antara 0,47 mg/L sampai 0,81 mg/L. Kadar amoniak yang dipersyaratkan sesuai dengan bakumutu Kepment 51 tahun 2004 tidak melebihi 0.3 mg/L.
Logam merkuri ( Hg ) di deteksi melebihi KMA ( 0,003 mg/L ) ,  di pelabuhan Batam , yakni di pelabuhan industri CPO Kabil 0,0036 mg/L, pelabuhan fery Batam center 0,014 mg/L, Pelabuhan Batu Ampar 0,009 mg/L dan di Harbour Bay internasional 0,0047 mg/L.
Kadar sulfida dan fenol di seluruh titik sampling danau telah melebihi Kriteria Mutu Air dalam PP 82 tahun  2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Di danau-danau tertentu ada beberapa parameter lainnnya yang juga melebihi Kriteria Mutu Air, yaitu detergent  dan total phospor di Danau Tempe dan  Danau Batur.
Parameter yang melebihi Kriteria Mutu Air PP 82 tahun 2001 di Danau Tempe   adalah sulfida dan  fenol di semua lokasi dengan kadar berkisar antara 0.007 mg/L sampai 0.015 mg/L untuk sulfida dan , 0.03 mg/L sampai 0.09 mg/L untuk fenol. Sedangkan  detergen di temukan melebihi KMA di beberapa lokasi saja yakni di outlet danau dan  daerah pemukiman penduduk dengan kadar  antara 0,22-0,24 mg/L.
Parameter yang melebihi Kriteria Mutu Air di Danau Limboto adalah fenol di seluruh lokasi dengan kadar antara 0.006 mg/L sampai 0.017 mg/L dan  sulfida terdeteksi melebihi KMA di beberapa lokasi yaitu di inflow desa Barakatih 0,035 mg/L , pinggir danau 0,006 mg/L, tengah danau 0,009 mg/L dan  outlet danau sebesar 0,005 mg/L.
Sedangkan  Danau Tondano, parameter yang melebihi KMA di semua lokasi adalah sulfida dari 0,01 mg/L sampai 0,012 mg/L,  fenol antara 0,002 mg/L sampai 0,025 mg/L. Di Danau Batur  parameter yang melebihi Kriteria Mutu Air  disemua lokasi adalah fenol 0.03 mg/L sampai 0.1 mg/L, dan  sulfida di beberapa lokasi yakni di Abang Dukuh 0006 mg/L, di tengah danau  0.007 mg/L. Sedangkan detergen , di Danau Batur terdeteksi di Dermaga sebesar 0,478 mg/L, Abang Dukuh 0,223 mg/L, dan Toya Bunka 0,288 mg/L.
Berdasarkan data-data hasil pemantauan tersebut maka industri perlu melakukan   pengolahan limbahnya sebelum membuang langsung ke dalam perairan sungai,  laut maupun danau supaya daya dukung badan air terhadap beban yang masuk tidak melampui daya dukungnya untuk memperbaharui diri. Selain itu  pemerintah daerah juga perlu memperbaiki penanganan sampah kota  sehingga tidak menjadikan laut maupun danau sebagai tempat sampah , yang berakibat pada pendangkalan danau serta peningkatan kadar amoniak.
Sumber: pusarpedal.menlh.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar