MSP Online Kuliah ONline

Ruang Sederhana bagi Gathering & Sharing Informasi dan Materi Referensi Ilmiah Populer

Jumat, 06 April 2012

Ikan sebagai bioindikator, dalam biomonitoring lingkungan

Ikan sebagai bioindikator bagi monitoring pencemaran
Untuk menaksir efek toksiologis dari beberapa polutan kimia dalam lingkungan dapat diuji dengan menggunakan species ysng mewakili lingkungan yang ada di perairan tersebut. Specis yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan biokemis dan fisiologis dari specis dimana hasil percobaan digunakan (Price, 1979). Kriteria organisme yang cocok unutk digunakan sebagai uji hayati tergantung dari beberapa faktor :
1. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan linkungan
2. Penyebanya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak
3. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah maupun  nasional
4. Mudah dipelihara dalam laboratorium
5. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit
6. Sesuai untuk kepentingan uji hayati (American Public Health Associaton, 1976 cit. Mason, 1980).

Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorim, di mana terjadi perubahan aktivitas pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dsar irama membuka dan menutupnya rongga “Buccal” dan ofer kulum (Mark, 1981). Pengukuran aktivitas pernafasan merupakan cara yang amat peka untuk menguikur reaksi ikan terhadap kehadiran senyawa pencemar. Hasil penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan adanya peningkatan jumlah gerakan ofer kulum “Fingerlink” (Cirrhina Mrigala) yang terkena deterjen (Lal, Misra, Viswanathan dan Krisna Murty, 1984). Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekwensi bentuk ikan. Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang merupakan monitoring pergerakan respiratory (Anderson dan Apolonia, 1978). Selain gerakan ofer kulum dan frekwensi batuk parameter darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kwalitas air. Perubahan faal drah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan timbul sebelum terjadinya kematian (Larsson et al, 1976). Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan. Parameter faal darah dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah (Goenarsoh, 1988). Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Di Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang popular dan paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8-12 cm. Disamping itu ikan mas di kolam biasa (Stagnant water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap bulanya (Arsyad dan Hadirini cit. Sudarmadi, 1993). Berdasrkan hasil penelitian bahea konsentrasi limbah, suhu, DO, pH, salinitas dan alkalinitas berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan mas (Cyprinus carpio L.) (Suwindere, 1983). Hal ini disebabkan jika ditinjau secara kimia bahwa kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan dipengaruhi oleh pH, DO, BOD, suhu, salinitas dan alkalinitas (Rasyad, 1990). Penelitian tentang kesanggupan ikan mas untuk mendeteksi insektisida memperlihatkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpui L.) dapat mendeteksi adanya insektisida bayrusil dalam air pada konsentrasi 55 ppm. Dimana pada konsentrasi tersebut setelah 10 menit ikan mas telah menghidari akan trjadi perubahan frekwensi gerakan ofer kulum yang mula- mula cepat kemudian melambat dan ahirnya lemas (Suin, 1994).

Tips Dasar Pengenalan Selam (5)



Olahraga selam di Indonesia berwadah dalam organisasi POSSI atau ISSA (Indonesian Sub-aquatic Sport Association) yang berdiri pada Agustus 1977 di bawah KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dan FOPINDO (Federasi Olahraga Perairan Indonesia) di tingkat Nasional serta berafiliasi dengan CMAS (Confederation Mondiale des Activites Subaquatiques) atau dikenal dengan World Underwater Federation.

Suatu pengalaman baru telah terjadi sebagai penyelam pemula di kedalaman laut 12-24 meter dimana tekanan bawah air sangat kuat dan menyakitkan telinga hingga pendaraahan karena kegagalan squeeze sinus saat descent (turun ke dasar air) dan barotrauma sinus saat ascent (naik ke permukaan air).

Snorkeling di Laut

Ini adalah pengalaman yang menyenangkan sekaligus menjadi pengetahuan bahwa olah raga ini termasuk olahraga dengan resiko kecelakaan yang tinggi.

Scuba Diving di Laut

Untuk menjadi penyelam, fisik harus sehat dan kuat untuk mendukung kemampuan renang yang telah dimiliki. Penyelam akan diuji bertahan di dalam air tanpa alat.

Latihan-latihan yang dilaksanakan yaitu:

    berenang tanpa alat bantu
    menyelam tanpa alat
    berenang dengan alat bantu google, maskr, dan selang snorkle, fin
    maskr clearing
    snorkle masuk air
    memasang alat selam
    equalizing tekanan bawah air
    naik darurat ke permukaan
    melepas scuba di dasar air
    memasang scuba di dasar air
    berbagi udara dengan buddy di dasar air
    hand signal atau isyarat tangan
    membuat register selam di Diver Log Book


Peralatan selam yang digunakan yaitu:

    Snorkel
    Mask
    Primary Regulator – Second Stage
    Buoyancy Control Device with Low-pressure Inflator (BCD)
    Alternate Air Source – Second Stage
    Cylinder
    Weight Belt with Weight Retainers and Quick-release Buckle
    Submarsible Pressure Gauge (SPG)
    Full-lenght Wet Suit
    Scuba Fins

Setelah menyelam resiko yang mungkin terjadi adalah tenggelam, pecah gendang telinga karena tekanan bawah air, pecah sinus hidung sehingga pendarahan, kejang otot, kedinginan, emboli udara, gagal jantung, keracunan udara dalam tabung yang tercemar CO, kehabisan udara, dsb. Yang sangat penting untuk mengatasi segala kemungkinan itu adalah dengan tetap tenang atau tidak panik.

Olahraga ini cukup menarik dan menyenangkan yang tidak jarang membuat ketagihan. Setelah selesai latihan tersebut, para peserta berhak mendapat sertifikat dan brivet (tanda kemampuan) selam dasar SCUBA DIVER-A1 (One Star) dan seterusnya secara berjenjang dan kedepan akan menjadi kader penerus hingga tingkat lanjutan serta dapat mengaplikasikan kemampuan tersebut baik dalam tindakan keseharian maupun layanan kemanusiaan khususnya SAR ((Search and Rescue).